Membicarakan kualitas film Indonesia, baik di layar perak maupun lebar,  bukanlah sebuah topik yang bisa dibanggakan. Walaupun meningkat dari  segi kuantitas dan memastikan roda perekenomian yang bergerak dari  industri kreatif yang satu ini berputar dengan stabil, film-film  Indonesia harus diakui masih belum mampu bersaing dari segi kualitas.  Dari puluhan judul film yang hadir setiap tahunnya, hanya sedikit yang  benar-benar mampu menghadirkan sebuah tontonan yang pantas diapresiasi  dengan tinggi dan mengundang decak kagum. Selebihnya? Terjatuh pada  konsep dangkal menjual nilai-nilai seksual tanpa menghadirkan kualitas  cerita yang bahkan pantas untuk dinikmati.
Walaupun demikian, harapan positif untuk industri ini memang tetap ada.  Perlahan namun pasti, para produsen mulai menemukan bentuk yang lebih  baik untuk tidak hanya menghadirkan sebuah film yang memenuhi kebutuhan  pasar, tetapi sebuah kualitas dengan nilai-nilai yang tinggi. Datang  dari berbagai genre, film-film ini mampu membuktikan diri sebagai yang  terbaik di kelasnya, bahkan beberapa datang dengan sensasi yang hampir  mendekati sebuah film Hollywood. Satu yang pasti, mereka menawarkan  begitu banyak keunikan yang membuatnya pantas untuk diadaptasikan  menjadi sebuah karya kreatif lain, seperti video game misalnya.
Tentu saja tidak semua film Indonesia berkualitas memiliki kemampuan  untuk diadapatasikan sebuah game. Judul-judul yang mengusung drama  sebagai plot paling utama seperti “Ada Apa dengan Cinta” atau “Ayat-Ayat  Cinta” tentu sulit menemukan bentuk yang tepat untuk diadaptasikan ke  dalam sebuah video game. Drama memang menjadi salah satu elemen yang  membuat sebuah cerita di dalam game menjadi kaya, tetapi ia tidak pernah  menjadi kekuatan utama yang mendasari sebuah game dibuat, bahkan untuk  game-game bergaya interactive story sekalipun. Sebuah game setidaknya  harus mengandung elemen aksi, misteri, dan fantasi. Tanpa ketiga pilar  ini, video game tak ubahnya selongsong peluru tanpa isi yang tidak akan  mampu memberikan impact apapun bagi gamer yang memainkannya.
Jadi, dari semua film-film Indonesia, layar lebar maupun perak, yang  sedang atau pernah tayang di Indonesia, film apa sajakah yang memiliki  “kualitas” untuk dijadikan sebuah video game?
10. Petualangan Sherina
Quote: Film yang memang ditujukan untuk pasar anak-anak saat ini boleh  dibilang terbilang langka. Di masa lalu, ketika dunia hiburan Indonesia  masih dipenuhi dengan artis anak-anak yang berbakat dan anak-anak masih  mendengarkan lagu yang memang ditujukan untuk umur mereka, film-film  seperti ini laris manis. Salah satu yang terbaik? Tentu saja Petualangan  Sherina yang fenomenal. Sebagai salah satu yang pertama di genrenya,  Petualangan Sherina menawarkan semua hal yang dicintai oleh anak-anak,  dari musik, tarian, hingga konsep petualangan besar yang mampu  ditakhlukkan oleh seorang anak kecil. Lantas konsep game seperti apa  yang bisa diusung di dalamnya? “Meniru” gaya game-game ala Dora The  Explorer mungkin menjadi bentuk yang paling tepat. Menghadirkan elemen  aksi yang minim, Petualangan Sherina dapat didesain sebagai sebuah game  yang mengusung musik dan tarian yang disukai oleh anak-anak dan  menjadikanya faktor untuk menemukan progress di dalam cerita.
9. Wiro Sableng
Quote:Tidak  lengkap rasanya jika kita membicarakan film-film terbaik Indonesia,  tanpa menyentuh film-film silat kebanggaan kita di masa lalu. Hampir  tidak ada orang Indonesia yang tidak mengenal sosok pendekar yang satu  ini. Setengah waras, berpakaian putih, dan bersenjatakan kapak yang  sakti, Wiro Sableng memang menjadi sebuah legenda yang tidak  tergantikan. Mengapa Wiro Sableng? Mengapa tidak karakter silat lain  seperti Joko Tingkir? Karena, harus diakui, dari semua karakter silat  fiksi yang ada, Wiro Sableng meupakan salah satu karakter dengan  kepribadian yang paling unik dan kuat, sesuatu yang tentu saja akan  berkontribusi besar pada pembawaan video game jika proses adaptasi  dilakukan. Konsep yang pas? Bayangkan sebuah game hack and slash  sederhana bertemakan Kerajaan-Kerajaan di masa lalu, dengan dialog dan  komentar “nyeleneh” nan lucu dari mulut Wiro. Tentu saja akan menjadi  sebuah game yang menarik.
8. Gerhana
Quote:Sebagian  besar dari kita yang menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja di akhir  tahun 1990-an tentu pernah mendengar sinema elektronik yang satu ini –  Gerhana. Berbeda dengan sinetron-sinetron Indonesia yang di kala itu  lebih berfokus pada percintaan, Gerhana hadir sebagai sebuah film  tokusatsu sederhana yang menceritakan tentang kehidupan manusia-manusia  dengan kekuatan psychokinesis, sebagian dari mereka membela kebenaran  sementara yang lain hidup dalam rimbah kejahatan. Mengadaptasikan film  “unik” seperti ini tentu saja menghasilkan sebuah video game yang  berkualitas. Game-game yang mengusung karakter utama yang memiliki  kemampuan Psychokinesis boleh dibilang sebagai barang langka yang masih  sulit ditemukan di industri game saat ini. Menghancurkan para musuh  dengan hanya menggerakkan mata? That is what Gerhana is all about!
7. Panji – Manusia Millenium
Quote: Akhir tahun 1990-an memang menjadi masa-masa keemasan Tokusatsu ala  Indonesia yang terbilang punah saat ini. Dari semua pahlawan bertopeng  yang ditawarkan, Panji Manusia Millenium boleh disimpulkan sebagai yang  terbaik saat itu. Mengusung kisah kepahlawanan ala para pahlawan Marvel  yang menyembunyikan identitasnya ketika membela kebenaran, Panji si  Manusia Millenium datang dengan desain karakter, cerita, dan visual  effect yang terbilang cukup solid di kala itu. Mengadaptasikan film  seperti ini tentu saja akan menghasilkan sebuah video game yang  berkualitas. Konsep seperti apa yang harus diusung? Seperti tren yang  sedang bekembang untuk mendefinisikan karakter superhero saat ini,  konsep permainan ala Batman: Arkham City akan menjadi pilihan yang  terbaik. Kompleks, tetapi sekaligus memberikan kesan cerita kepahlawanan  yang lebih “manusiawi”.
6. Jelangkung
Quote:Dari  semua film horror Indonesia yang ikut dalam kebangkitan industri film  nasional, nama Jelangkung yang hadir dari tangan dingin Rizal Mantovani  harus diakui merupakan salah satu yang terbaik di kala itu. Mengusung  salah satu mitos urban yang sempat populer di masa lalu, Jelangkung  datang menebar horror tanpa terperangkap untuk menyajikan hal-hal berbau  seksual yang populer saat ini. Konsep seperti yang dapat diterapkan  untuk Jelangkung ini? Para developer game Indonesia dapat menyulapnya  menjadi sebuah game survival-horror ala Silent Hill pertama dan Siren.  Ketakutan dimunculkan dari atmosfer penuh keheningan dan  “makhluk-makhluk” mistis yang hanya muncul dalam sekelibat bayangan.  Game nya harus memastikan Anda lebih banyak berlari dan bersembunyi  dengan resource yang sangat terbatas untuk berbalik melawan.
5. Tutur Tinular
Kolosal,  pertempuran besar, politik, romansa, pengkhianatan, dan jurus-jurus  silat memukau adalah hal yang membuat sandiwara Radio di akhir tahun  1980-an ini begitu populer di seluruh Indonesia. Nama besar Tutur  Tinular yang kemudian diangkat menjadi film layar lebar dan beberapa  adaptasi di layar perak ini memang sudah menjadi legenda yang tidak  terpisahkan dari industri film Indonesia. Menghadirkan cerita dan  hubungan karakter yang kompleks serta pertarungan dan intrik dalam skala  masif, Tutur Tinular memang menyediakan semua bahan yang tepat untuk  menghasilkan sebuah video game berkualitas. Game-game lokal seperti  Nusantara Online memang sudah terhitung menyulapnya menjadi sebuah game  MMORPG yang patut diacungi jempol, namun harus diakui ada begitu banyak  adaptasi potensial lainnya yang bisa dilakukan. Contohnya? Bayangkan  saja sebuah game ala Dynasty Warriors, dimana karakter pilihan Anda  dapat membantai ribuan prajurit di sebuah perang kolosal. Tutur Tinular  dengan gaya Musou? Shut up and take my money!
. Si Buta dari Gua Hantu
Quote:Wiro  Sableng mungkin datang dengan kepribadian unik yang tidak tergantikan,  namun jika kita membicarakan karakter fiksi silat yang popularitasnya  yang tidak tertandingi? Maka nama “Si Buta dari Gua Hantu” adalah  pilihan yang paling tepat. Sosok yang bisa dianggap sebagai “Chuck  Norris”-nya cerita silat Indonesia ini memang dideskripsikan sebagai  sosok pendekar yang tidak bercela jika berhadapan pada ketidakadilan di  masyarakat. Di balik sosoknya yang buta dan kehadiran sahabat baiknya –  sang lutung “Kliwon”, Si Buta adalah manifestasi dari sebuah sosok  “superhero” Indonesia yang orisinil. Genre yang bisa diadapatasikan  untuknya? Tentu saja hack and slash dengan elemen stylish ala Devil May  Cry akan menjadi pilihan yang tepat. Membayangkan bisa mencicipi game  seperti ini saja sudah cukup untuk membuat adrenalin sebagian besar dari  kita melompat tinggi.
3. Merantau
Quote:Memperkenalkan  sosok Iko Uwais untuk pertama kali, Merantau adalah film action modern  Indonesia yang berusaha memperkenalkan kembali pencak silat sebagai  olahraga bela diri asli dari Nusantara. Walaupun dibumbuhi dengan begitu  banyak elemen drama, namun Merantau harus diakui merupakan kandidat  yang tepat untuk menghasilkan sebuah game action fighting yang mumpuni.  Tidak perlu mengambil porsi dari plot utama, developer dapat dengan  bebas menciptakan sebuah side-story yang memungkinkan sang karakter  utama untuk memainkan porsi yang lebih banyak dalam bertarung dengan  jurus-jurus pencak silat yang indah. Konsep permainn yang paling cocok?  Menerapkan mekanisme gameplay ala Jet Li – Rise to Honor yang sempat  populer di Playstation 2 adalah pilihan yang terbaik.
2. Pintu Terlarang
Quote:Mendapatkan  sebuah film psycho thriller yang berkualitas di Indonesia bukanlah  sebuah hal yang mudah. Banyak film yang kemudian jatuh pada pusaran  “ketidakjelasan cerita” yang kelam dan pada akhirnya tidak mampu  memberikan sensasi ketegangan dan misterius yang tepat bagi para  penikmat film. Dari kelangkaan kualitas ini, salah satu film yang  terhitung berhasil melakukannya adalah Pintu Terlarang (Forbidden Door),  sebuah film psycho-thriller karya sineas dalam negeri yang mampu  menawarkan semua elemen dalam kapasitas yang berbobot. Misteri, darah,  dan berbagai kejutan yang ada membuatnya pantas untuk diadaptasikan  sebagai sebuah video game. Namun alih-alih mengambil bentuk ala  survival-horror seperti saran saya di Jelangkung, Pintu Terlarang lebih  pantas dirombak ke dalam gameplay yang berfokus pada penyampaian cerita  yang terbangun secara rapi dan pelan. Format yang terbaik? Dengan  menyulapnya sebagai sebuah game interactive drama ala Heavy Rain.
1. The Raid
Quote:The  Raid atau Serbuan Maut harus diakui merupakan fenomena industri hiburan  yang sedang naik daun dalam beberapa minggu terakhir saat artikel ini  dihadirkan. Dirilis secara internasional terlebih dahulu, The Raid  berhasil menawarkan sebuah konsep film action yang begitu dirindukan,  tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh seluruh pencinta film  di seluruh dunia. Hampir semua review internasional yang beredar  memberikan nilai tinggi dan acungan dua jempol untuk film yang satu ini.  Anda belum menontonnya? Anda benar-benar harus menyempatkan diri.  Dengan dukungan sisi action yang begitu luar biasa dan reaksi positif  dari berbagai belahan dunia, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk  menemukan The Raid tampil sebagai sebuah video game yang lahir dari  developer raksasa di masa depan. Cara terbaik untuk merepresentasika The  Raid dalam video game? Saya membayangkannya seperti ini: Meramu semua  elemen aksinya dalam sebuah game action spionage ala Metal Gear Solid  dengan mekanisme CQC pencak silat yang cepat dan suntikan active  cut-scene yang sinematik tampaknya menjadi pilihan yang baik untuk  merepresentasikan maha karya yang satu ini.
Sumber : Kaskus / wahyudit
Home »
HOT THREADS
 » 10 Film Indonesia yang Pantas Menjadi Video Game 











 
 
 
 
 
 
 
0 comments:
Post a Comment