Home » , » Ini Budi, Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi, Siapa Pencetusnya ya ?

Ini Budi, Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi, Siapa Pencetusnya ya ?

Siti Rahmani Rauf, pencetus "Ini Budi" yang kini hidup sakit-sakitan


  Kondisi tubuhnya yang lemah di usia yang sangat senja ini membuatnya harus selalu terbaring di tempat tidur karena mengalami kelumpuhan.



 Brilio.net - Kamu yang lahir di tahun 90an serta menghabiskan masa SD di awal tahun 2000an pasti sangat kenal dengan kalimat legendaris, "Ini Budi. Ini ibu Budi. Ini ayah Budi.", ya kan? Bahkan saking legendarisnya kalimat ini selalu dijadikan sebagai kalimat pembelajaran membaca pada hampir semua buku-buku paket pelajaran Bahasa Indonesia sejak tahun 1980an.

Kalimat legendaris ini diciptakan oleh seorang mantan guru Bahasa Indonesia, Hj Siti Rahmani Rauf. Dalam penyusunan buku pelajaran Bahasa Indonesia ini, seperti dikutip brilio.net dari beberapa literatur, Selasa (28/7), dikerjakan nenek Ani bersama dengan rekan-rekannya, termasuk anak ketiganya yang bernama Karmeni Rauf. Bahkan selain tokoh Budi yang terkenal itu, nenek Ani juga memasukkan namanya menjadi salah satu dari tokoh-tokohnya.

Nenek Ani sendiri menjadi guru sudah sejak puluhan tahun yang lalu, tepatnya sejak zaman Belanda masih menduduki Indonesia. Pada saat itu, nenek Ani mendapat bayaran sebanyak 25 gulden. Sampai pada akhirnya, nenek Ani kemudian diangkat menjadi guru pemerintah (saat ini biasa disebut dengan PNS) pada tahun 1937. Nenek Ani kemudian pensiun pada tahun 1976. Saat itu beliau menjabat sebagai kepala sekolah SDN Tanah Abang 5, Jakarta.

Nenek Ani membuat buku pelajaran Bahasa Indonesia ini mengacu terhadap Sistem Analisa Sintesa (SAS) dimana setiap suku kata mengalami penyekatan sehingga memudahkan anak untuk belajar membaca.



ni Budi

Ini – Budi

I-ni Bu-di

I-n-i B-u-d-i

I-ni Bu-di

Ini – Budi

Ini Budi

Dengan cara ini, belajar membaca pada masa di itu dianggap sangat membantu proses pembelajaran. Guru-guru pun diketahui sangat menggemari buku tersebut sehingga penjualannya jadi sangat laris bak kacang goreng dengan pencetakan berulang-ulang kali selama 30 tahun. Terakhir metode ini digunakan sampai dengan bulan Juni 2014 lalu, dimana pada saat ini menteri pendidikan saat itu, Muhammad Nuh memutuskan untuk tidak lagi menggunakan metode ini sebagai sistem pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Atas jasa-jasanya ini, Nenek Ani pernah mendapatkan ongkos naik haji (ONH) oleh penerbit sebagai hadiah pada tahun 1986.


Nenek yang lahir di Padang, 5 Juni 1919 ini, saat ini berusia 96 tahun. Kondisi tubuhnya yang lemah di usia yang sangat senja ini membuatnya harus selalu terbaring di tempat tidur. Apalagi sejak lima tahun terakhir ini, beliau mengalami kelumpuhan, sehingga sangat membatasi pergerakannya.

Terima kasih nenek Ani. Berkat jasamu, akhirnya kami semua bisa membaca serta menulis dengan baik. Semoga Tuhan beserta semestanya senantiasa melimpahkan kebaikan dan menjadikan surga sebagai tempat kembali yang kekal. Amin.

Sumber : brilio.net

0 comments:

Post a Comment