MUKADIMAH
Bahasa menjadikan komunikasi kita, sebagai umat manusia, menjadi lebih efektif. Ekspresif dan hampir bisa menjangkau segala macam situasi, permainan kata-kata dan kalimat yang meluncur dari mulut atau tangan ketika mengetik mampu menyalurkan apa yang ingin kita sampaikan atau bahkan, butuhkan. Bahasa memang sesuatu yang unik. Terlepas dari usianya yang sudah muncul sejak kita memulai peradaban, ia bukanlah sesuatu yang statis. Bersama dengan berkembangnya manusia, bahasa juga bertransformasi, menjadi lebih beragam, menjadi lebih efektif. Ia bahkan mulai beradaptasi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Seperti yang terjadi dengan kita, gamer.
Terlepas dari variasi genre dan franchise favorit, ada begitu banyak kata, frasa, atau singkatan baru yang muncul untuk mengakomodasi kebutuhan komunikasi gamer sebagai sebuah kesatuan. Muncul beragam istilah-istilah baru yang mungkin terasa asing, namun mampu mencapai fungsi utamanya untuk kebutuhan gaming. Gamer membangun banyak istilah “keren” yang sudah pasti, akan terasa begitu absurd dan aneh untuk telinga mereka yang awam atau non-gamer. Sesuatu yang bahkan berpotensi punya arti yang jauh berbeda dengan apa yang berusaha disampaikan oleh para gamer ini, apalagi ketika ia tidak sengaja meluncur keluar dalam percakapan sehari-hari.
Lantas, dari semua istilah gaming yang bertebaran, mana saja yang berpotensi paling membingungkan untuk orang awam atau non-gamer?
CEKIBROT !!!
Ada teriakan khas orang tua yang sudah pasti pernah didengar semua gamer. Jika Anda termasuk anak kelahiran tahun 1980-an yang mengenal industri game cukup awal, maka “Matiin Nintendo kamu!” sudah jadi mantra ajaib. Jika Anda termasuk generasi kelahiran 1990-an, “Matikan Playstation dan belajar!”, dan anak kelahiran tahun 2000-an mungkin akan berjuang dengan “Berhenti main Komputer dulu!”. Boleh dibilang, di Indonesia, orang yang awam hanya mendefinisikan industri game dengan tiga nama ini – PC, Playstation, dan Nintendo. Popularitas mereka yang tidak tertandingi menjadi gerhana besar yang “mematikan” nama Xbox sama sekali di mereka yang non-gamer. Tidak perlu diragukan lagi, membicarakan Xbox di mata orang awam hanya akan mengundang lebih banyak tanda tanya, yang biasanya akan diakhiri dengan penjelasan seperti, “Xbox itu Playstation buatan Microsoft”.
14. Teabagging
“Iya nih, tadi gua teabagging aja biar puas,”, orang awam yang mendengar kalimat seperti ini akan langsung membayangkan betapa manis dan tidak berdosanya Anda sebagai manusia, namun sekaligus bingung. Bagaimana tidak? Anda baru saja memainkan sebuah video game yang ada hubungannya dengan “Tea Bag” yang notabene, bisa ditranslasikan menjadi Kantong Teh. Beberapa mungkin akan langsung membayangkan bahwa Anda tengah memainkan sebuah game masak-memasak yang imut, atau bagaimana Anda menjadikan secangkir teh panas untuk membuat sesi gaming Anda jauh lebih seru dan menyenangkan. Parahnya lagi? Ketika Anda berusaha melakukan klarifikasi dan berusaha menjelaskan arti “Teabagging” yang sebenarnya. Anda akan kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan aksi yang melibatkan jongkok dan pantat karakter utama yang Anda gunakan ini.
13. Grinding
Bukan perkara yang mudah untuk menjelaskan apa itu Grinding kepada orang awam, atau bahkan gamer yang memang tidak terlalu menyukai RPG sebagai sebuah genre. Mengapa? Karena ada begitu banyak indikator dan faktor yang melibatkan diri di dalamnya. Grinding sendiri merupakan aksi gamer untuk tidak melanjutkan cerita atau quest utama, dan lebih terlibat dalam aksi sampingan yang tidak signifikan dengan satu tujuan– memperkuat karakter, terutama dari sisi status dan level. Menjelaskan konsep seperti ini kepada orang awam, berarti Anda harus menjelaskan soal pentingnya level, skill, job, dan motif utama yang mendefinisikan RPG sebagai sebuah genre. Jika sang target penjelasan punya waktu lebih dari satu jam untuk mendengar ceramah dan semangat RPG Anda yang memburu, Grinding mungkin tidak akan terdengar seperti konsep yang begitu membingungkan.
12. Party
“Ih.. tahu enggak sih, gamer itu pada suka hura-hura”
“Kok gitu?”
“Iya, pada suka Party sih..”
Percaya atau tidak, rangkaian kalimat seperti di atas bisa saja terjadi jika Anda tidak menjelaskan dengan lengkap seperti apa konsep “Party” di dalam kegiatan gaming Anda. Jangan salahkan orang awam jika mereka berujung berpikir bahwa Anda tengah mengorganisasi atau terlibat dalam aksi hedon dengan musik keras, pakaian rapi, wangi parfum dan rokok, serta goyangan yang terus dilontarkan melewati pagi. Atau Anda terlibat dalam aksi penuh balon, nyanyian, dan humor tidak jelas dengan teman-teman Anda. “Party” adalah sebuah kata yang sangat ambigu di otak mereka yang non-gamer jika meluncur tanpa penjelasan. Padahal, yang Anda maksud hanyalah bermain bersama dengan teman-teman in-game dalam satu grup, bertualang bersama-sama.
11. GB
“Kakak, tolong GB-in donk”, gamer yang menggemari MMO tampaknya tidak akan asing lagi dengan kalimat yang satu ini. GB sendiri adalah aksi super parasit. Intinya adalah meminta gamer yang level atau equipmentnya lebih kuat untuk beraksi sendiri, sementara Anda di belakang bertindak sekedar sebagai parasit pengikut yang menyerap semua experience points yang ada dengan harapan untuk cepat mengejar level. Menariknya lagi? Terlepas dari begitu populernya kata “GB” ini, tidak ada kepanjangan pasti untuknya. Beberapa gamer menyebutnya sebagai “Gaji Buta”, sementara yang lain menyebutnya sebagai “Grup Bareng”, “Game Booster”, dan “Gedeiin Badan”. Satu yang pasti, begitu Anda menyebut kombinasi dua huruf ini langsung ke orang awam, mereka mungkin akan melihatnya sekedar omong kosong tanpa arti.
10. Tank
“Gua main Tank!”, bagi gamer yang sudah malang melintang di dunia RPG atau MMO, kalimat ini hanya berarti satu hal – bahwa Anda harus diposisikan di barisan paling depan, menjadi sasaran agro musuh, dan menjadi benteng pertama untuk memastikan grup Anda bertahan hidup lebih lama. Tank adalah sebuah peran dalam game yang memang begitu krusial untuk memastikan kemenangan. Namun ketika Anda menggunakan kalimat yang sama di depan orang yang tidak familiar dengan istilah ini, Anda bisa dipersepsi terlibat dalam satu dari tiga skenario ini: Anda bermain video game bertema tank, Anda punya mainan Tank fisik yang jadi favorit, atau Anda termasuk salah satu “king oil” di Indonesia yang punya koleksi Tank militer asli di garasi Anda.
9. Steam
Popularitasnya mungkin tidak lagi terbantahkan sebagai platform digital tersukses dan terbesar di industri game saat ini. Namun prestasi yang berhasil dicapai oleh Valve ini tidak menjadi jaminan pasti, bahwa mereka yang tidak tertarik sama sekali dengan gaming perlu tahu dan memahami apa itu Steam. Terus membicarakan bagaimana Anda baru saja membeli game di Steam dan berusaha menjelaskan konsep toko gaming digital dan cloud saving bukanlah hal yang mudah dimengerti begitu saja oleh mereka yang awam. Hal ini didukung dengan nama yang boleh terbilang absurd, dimana “Steam” adalah “Uap” yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan video gaming. Jangan heran jika respon orang awam berujung, “Hah? Lu buka usaha Cuci Steam sekarang?” tanpa perasaan bersalah sama sekali.
8. Camping
Cuaca cerah, pohon cemara di kiri dan kanan, udara bersih, suara burung di kejauhan, dan tanah sedikit basah bekas hujan dengan wangi rumput yang membekas. Berkumpul bersama teman-teman, menggelar api unggun di malam hari, bercengkrama, suara gitar dan nyanyian yang menghapus kesunyian. Impresi seperti inilah yang seharusnya Anda miliki ketika membicarakan “camping”. Namun apa yang terjadi? Di otak para gamer, terutama mereka yang malang melintang di genre FPS, camping tidak seindah ini. Camping adalah aksi menjaga dan menunggu satu titik map untuk waktu yang lama, sembari memburu siapapun yang melewati tempat yang Anda jaga tersebut. “Gua suka banget Camping di CS,”, bayangkan imajinasi orang awam yang mendengar kalimat seperti ini. Ia mungkin akan langsung memikirkan konsep Counter Strike sebagai game damai yang indah di tengah hutan.
7. Save
“Adi, turun makan!”
“Bentar Ma, lagi DOTA..”
“Di-save dulu, kalau enggak mama cabut internetnya..”
Hampir semua orang yang dekat dengan gamer, awam sekalipun yang tidak tertarik dengan industri game, biasanya mengerti konsep dasar soal “Save”. Mereka tahu bahwa “Save” adalah sistem menyimpan permainan yang dilakukan gamer untuk memastikan mereka tidak perlu mengulang segala sesuatunya kembali dari awal dan tinggal melanjutkan progress yang ada. Yang menjadi sumber kebingungan mereka? Absennya pengetahuan soal variasi genre yang ada membuat kata “Save” ini seolah bisa diimplementasikan kapanpun dan dimanapun Anda mau. Bahwa alasan teriakan Anda yang berbunyi, “Bentar Ma, lagi cari tempat Save” atau “Bentar Ma, enggak bisa Save” hanyalah argumen omong kosong yang sekedar menunjukkan Anda tidak ingin berhenti main game, tidak ingat waktu, dan pantas untuk dihukum. True story..
6. MK
Indonesia adalah negara yang super keren, tidak perlu diragukan lagi. Terlepas dari beragam masalah yang belum terselesaikan hingga tuntas sampai saat ini, fakta bahwa sebuah bangsa bisa berdiri di atas kemajemukan dan menjadikan Hukum sebagai dasar adalah pencapaian tersendiri. Kerennya lagi di Indonesia? Ketika keputusan tertentu tidak Anda setujui, Anda bisa membawanya ke Arena Mortal Kombat! Benar sekali, berapa sering Anda mendengar ucapan para politisi di layar televisi yang secara terbuka menyebut “Kami akan membawa kasus ini ke MK” atau “Kami akan bertarung di MK”, yang langsung membawa imajinasi Anda soal skenario pertempuran Netherrealm melawan Earthrealm tersebut, penuh potongan tubuh, tulang, dan darah dimana-mana. Hal yang sebaliknya juga terjadi. Ketika Anda membicarakan betapa brutalnya MK, orang awam mungkin akan berpikir soal ketidakpuasan Anda pada keputusan politik tertentu yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi.
5. Gank
Budaya Gank adalah budaya yang sangat dihindari di masyarakat, karena konotasinya yang negatif. Anak-anak muda yang masih labil bergerombol dalam satu kelompok yang selalu diasosiasikan dengan tindak anarkis dan beragam kejahatan yang lain. Anda betemu dengan gank motor misalnya, yang seringkali diberitakan oleh media di Indonesia. Sekarang bayangkan jika Anda membicarakan strategi ganking Anda di depan khalayak umum, bagaimana Anda berusaha masuk ke hutan di DOTA 2 dan menghabisi para musuh yang ada. Bayangkan mata orang tua Anda yang berkaca-kaca di balik pintu ketika Anda berteriak kencang ke layar komputer dengan headset ber-microfon sembari berteriak “Gua gank! Tunggu gua gank!”, dan mulai mencemaskan lingkungan pergaulan dan hidup Anda di masa depan.
4. Noob
Menjadi salah satu istilah yang begitu umum di kalangan gamer, apalagi yang seringkali bermain di scene kompetitif, banyak gamer yang seringkali melontarkan kata ini di media sosial atau percakapan sehari-hari dan bersikap seolah mereka yang awa mengerti apa yang tengah dibicarakan. Noob adalah slang untuk Newbie, yang berarti mengomentari betapa buruknya performa permainan Anda, dan pantas untuk disejajarkan untuk kelompok mereka yang baru memainkan game ini berkali-kali. Untuk para veteran, tidak ada kata yang lebih membuat sakit hati daripada mendengar kata “Noob” ini tertulis atau terucap untuk Anda. Berita buruknya? Ketika tanpa alasan yang jelas, kata ini juga meluncur dari mulut Anda untuk mengomentari kondisi dunia nyata yang serupa.
“Maaf ya Mas, ayam goreng kita belum ready sampai 10 menit ke depan..”
“NOOB!”
3. HP
Satu kata, dua pengertian yang berbeda. Jika Anda bertanya “HP Kamu Berapa?” untuk orang yang awam, Anda akan mendapatkan jawaban “0856xxxx” yang mengindikasikan izin terbuka bagi Anda untuk menghubungi mereka secara langsung via perangkat telekomunikasi mobile mereka. Namun jika Anda menanyakan hal yang sama untuk gamer yang tengah mencicipi game RPG atau MMO favorit mereka, hasilnya akan berbeda. Anda bertanya “HP Kamu Berapa?”, maka besar kemungkinan Anda akan mendapatkan format jawaban seperti, “Sekitar 4.000, Level 30, main tanker gua”. HP atau Hit Points di industri game lebih diasosiasikan pada angka yang juga merepresentasikan kondisi health Anda dalam pertarungan. Menyentuh angka 0, maka Anda harus bertemu dengan kematian di RPG, walaupun bukan berarti akhir dari segalanya.
2. GGWP
Hampir sebagian besar singkatan slang yang kita gunakan di industri game juga mengakar pada budaya chat di masa lalu, seperti LOL atau AFK, misalnya. Mereka yang non-gamer tampaknya tidak akan kesulitan untuk menangkap apa yang hendak kita bicarakan via singkatan seperti ini, karena kesan familiar yang ada. Namun ketika Anda meluncurkan “GGWP” di depan mereka, maka bersiaplah berhadapan dengan muka kebingungan yang berusaha mencerna dan mencari kemungkinan singkatan seperti apa yang bisa meluncur dari kombinasi huruf yang aneh ini. “Go Gay We Party”, “Go Go Wower Pangers”, “Gaya Gua Wuenak Parah”, dan sejenisnya. Hingga Anda menjelaskan bahwa GGWP = adalah “Good Game, Well Played”, sebuah ucapan yang meluncur tiap kali pertandingan game kompetitif selesai, sebagai bentuk apresiasi untuk usaha yang sudah tim musuh atau Anda unjukkan.
1. Imba
Ini mungkin satu kata yang sering meluncur dari mulut para gamer kompetitif, yang kemudian mulai diadaptasikan menjadi “bahasa sehari-hari”, terlepas dari fakta ia terdengar aneh, tidak berarti apapun, dan tidak pernah muncul di Kamus Besar Bahasa Indonesia versi orang awam. Anda akan sering membaca atau mendengar gamer menyebut kata “Imba” untuk memberikan pujian untuk sesuatu yang ia senangi, terlepas apapun konteks cerita yang ada. Imba sendiri mengakar dari kata “Imbalance” , yang berarti berat sebelah, mewakili kemampuan sebuah tim, karakter, skill, atau fungsi apapun di dalam game yang tanpa tanding. Imba menjadi sejenis pujian sebagai ganti kata “Tanpa Tanding” untuk setiap kondisi yang ada di dunia nyata. Bagi orang awam, ia mungkin terdengar seperti saudara jauh singa Lion King yang tidak pernah muncul dalam cerita.
“Gimana masakan nyokap gua?”
“Imba” = yang berarti sangat enak, tanpa tanding.
Sumber : Kaskus / xkha
0 comments:
Post a Comment